Rabu, 22 Agustus 2007
Visi Indonesia 2030 VS Tegaknya Khilafah Islam
Visi Indonesia 2030 VS Tegaknya Khilafah Islam

Tulisan ini dibuat dalam rangka menanggapi Visi Indonesia 2030 yang sering digembar – gemborkan oleh Indonesia Forum. Visi tersebut adalah sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju nomor lima di dunia pada 2030. Memang banyak kalangan yang optimis, tetapi tidak sedikit juga yang pesimis. Optimis lantaran prediksi bahwa Indonesia akan menjadi negara maju nomor tujuh dunia dilontarkan oleh lembaga – lembaga asing besar yaitu DBS dan Pricewaterhouse Coopers (PwC) dalam buku Ekonomi Dunia 2050. Sedangkan kalangan yang pesimis melihat bahwa hal tersebut merupakan hal yang mungkin dicapai tetapi sangat sulit mengingat bertumpuknya permasalahan – permasalahan negeri ini, ditambah lagi kondisi historis kita.



Indonesia Forum mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah hal yang mustahil mengingat banyak contoh negara – negara yang dulunya masih terkategori negara berkembang sekarang telah terkategori sebagai negara maju. Sebut saja Cina, India, Brasil dsb. Cina misalnya, yang saat ini telah memiliki pertumbuhan ekonomi selalu lebih dari 10%. Ataupun juga India yang mencapai pertumbuhan ekonomi 8-9% setelah pada awalnya hanya berkisar 3-4%. Begitupun juga dengan Brasil yang saat ini telah menjadi net eksportir minyak dengan perusahaan minyaknya yang terkenal yaitu petrogas.

Visi Indonesia 2030 tersebut, menurut Indonesia Forum ditopang oleh empat pencapaian utama, yaitu pendapatan perkapita, pemanfaatan kekayaan alam, pengembangan pariwisata, dan kualitas hidup modern. Itulah sekelumit gambaran mengenai visi Indonesia 2030 yang digembar – gemborkan oleh Indonesia Forum. Lalu mungkinkah visi itu tercapai? Serta bagaimana visi tersebut dapat dicapai? Mengingat yang ditawarkan oleh Indonesia Forum sangat miskin dari solusi atas permasalahan bangsa ini.

Visi Indonesia 2030

Dalam visi tersebut Indonesia diharapkan menjadi negara maju nomor lima dunia dengan pendapatan perkapita sebesar US$ 18 ribu dan jumlah penduduk 285 juta jiwa. Sebagai sebuah visi, tentu hal itu tidaklah salah sama sekali. Justru bukan nomor lima harusnya, tetapi negara super power nomor satu dunia. Tetapi pertanyaannya mungkinkah hal itu dicapai dengan berbagai mekanisme pemerintahan dan kebijakan – kebijakan yang diambil selama ini?

Mengingat visi Indonesia 2030 ditopang oleh empat pencapaian utama, maka sudah seharusnya kita mencermati keempat hal tersebut. Tengok saja misalnya pendapatan perkapita. Sampai saat ini pendapatan perkapita masih merupakan satu hal yang kontroversial dalam bidang ekonomi. Dikatakan kontroversial karena angka – angka yang ditunjukkan di sana sama sekali tidak menggambarkan kondisi real masyarakat suatu negara. Coba saja bayangkan, dalam satu populasi kelas kuliah terdapat seorang David Beckham di sana. Tentulah pendapatan perkapita kelas kuliah tersebut menjadi sangat tinggi. Bahkan mungkin bisa dikatakan bahwa pendapatan perkapita kelas tersebut setara dengan penghasilan pertahun sang David Beckham, dengan asumsi penghasilan para mahasiswa yang lain sangat kecil, sehingga dapat diabaikan relatif terhadap penghasilan David Beckham. Oleh karena itu, tolok ukur pendapatan perkapita tersebut sama sekali tidak layak untuk dijadikan sebagai acuan.

Begitupun juga dengan poin pemanfaatan kekayaan alam. Saat ini, minyak dan gas alam kita 90% nya dikuasai oleh swasta asing dengan bagi hasil yang sangat kecil bagi negara ini. Lalu pertanyaannya sekarang adalah, apakah dengan termanfaatkannya kekayaan alam kita begitu saja akan membuat kita sebagai negara maju? Tentu saja jawabannya belum tentu. Selama pengelolaan kekayaan alam tersebut masih diserahkan kepada asing, apalah artinya pemanfaatan kekayaan alam tersebut. Toh nantinya juga hanya akan masuk kedalam kantong – kantong pengusaha asing.

Hanya Khilafah Yang Mampu Mewujudkan Visi Indonesia 2030

Visi Indonesia 2030 memang sudah cukup baik dilihat dari sisi targetannya yaitu Indonesia sebagai negara maju nomor lima dunia. Akan tetapi visi tersebut tidak akan pernah tercapai bila paradigma penyelesaian problematika kita masih bertumpu kepada ideologi kapitalis sekuler. Ideologi tersebut tentunya tidak ingin Indonesia menguasai kekayaan alamnya sendiri sehingga mengharuskan negara – negara barat harus membayar mahal untuk mendapatkannya. Pun juga tidak dengan tolok ukur pendapatan perkapita yang sarat dengan kepentingan – kepentingan para pemilik kapital saja dalam rangka menipu rakyat dengan angka – angkanya yang fantastis. Ini bukanlah sebuah kepesimisan akan tidak tercapainya visi Indonesia 2030 tersebut dengan paradigma yang ada sekarang. Tetapi hal itu adalah sebuah keyakinan bahwa visi tersebut tidak akan dapat dicapai dengan cara pandang kapitalistik seperti sekarang.

Salah satu proses penting yang harus dijalani adalah metode yang benar untuk mencapai visi tersebut. Dalam hal ini baik itu Cina, India maupun yang lainnya telah menempuh jalan yang sama yaitu berpijak kepada satu ideologi tertentu. Dalam konteks Indonesia, dengan berpijak kepada Ideologi Kapitalis justru malah membuat Indonesia semakin terpuruk. Sebab Ideologi tersebut memang dirancang sedemikian rupa sehingga hanya menguntungkan para penjajah barat saja. Sekuat apapun kita berusaha selama pijakannya adalah Kapitalis, maka selama itu pula kita hanya akan menjadi budak di negeri sendiri.

Islam dengan ideologinya adalah satu pilihan yang tidak bisa ditawar – tawar lagi untuk mencapai visi tersebut. Tengok saja misalnya dalam hal pengelolaan kekayaan alam. Islam memandang bahwa kekayaan alam itu adalah milik rakyat dan sama sekali tidak diperkenankan untuk dikelola oleh swasta apalagi swasta asing. Ini tentu saja bertolak belakang seratus delapan puluh derajat dengan Kapitalisme yang justru membebaskan siapapun untuk mengelolanya. Yang pada akhirnya, hanya kalangan bermodal sajalah yang akan menguasainya, dan rakyat hanya akan gigit jari melihat kekayaan alam mereka dirampas.

Begitu juga dalam masalah pendapatan. Islam tidak memandang pendapatan perkapita sebagai satu indikator yang akan dijadikan tolok ukur dalam menilai kegiatan perekonomian. Tetapi yang diperhatikan oleh Islam adalah tercukupinya kebutuhan – kebutuhan primer individu per individu. Islam sama sekali tidak akan mengambil nilai rata – rata dalam masalah ini. Misalnya saja rata – rata penduduk jawa barat makan tiga kali sehari. Tetapi Islam memandang bahwa apabila ada individu yang makannya hanya dua kali perhari atau bahkan sekali perhari, maka negara wajib untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang layak baginya. Tentu ini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kapitalisme yang membiarkan begitu saja hal – hal seperti itu kepada mekanisme pasar. Maka janganlah heran apabila kesenjangan akibat diterapkannya ideologi ini semakin lama semakin menjadi – jadi.

Khatimah

Sudah saatnya kita tidak lagi bertanya kepada kapitalisme atas segala problematika yang kita hadapi baik itu dalam bidang ekonomi, politik, sosial, iptek, pendidikan dll. Sebab telah nyata kerusakan yang ditimbulkan oleh ideologi tersebut saat ini. Berbagai permasalahan bangsa ini akan selesai, jika dan hanya jika kita bertanya kepada Islam atas segala problematika yang kita hadapi. Visi Indonesia 2030 tidak akan pernah tercapai tanpa metode pencapaian yang benar yaitu Islam dalam naungan Khilafahnya. Bahkan visi tersebut sama sekali tidak berlaku bagi khilafah Islam, sebab yang menjadi visi khilafah Islam adalah menjadi negara adidaya sebagaimana layaknya pernah terjadi selama 13 abad dalam naungan khilafah. Ini berlaku secara umum bagi seluruh negeri – negeri kaum muslimin saat ini, tidak hanya berlaku bagi Indonesia saja. Apalagi bila seluruh kekuatan kaum muslimin bersatu dan melebur dalam bingkai khilafah Islam, tentu visi sebagai negara adidaya tersebut tidak lama lagi akan terpenuhi. Bahkan akan terpenuhi saat itu juga yaitu saat seluruh kaum muslimin di dunia bersatu, dan hanya ada satu bendera yaitu bendera Islam tanpa bendera – bendera nasionalisme lainnya. Oleh karena itu sudah saatnya bagi kita umat Islam, untuk mengerahkan segenap daya dan upaya untuk menegakkan kembali Khilafah Islam dalam rangka mencapai visi sebagai umat terbaik. Wallahua’lam Bishawwab.

Sumber :

http://www.gemapembebasan.or.id/?pilih=lihat&id=433

Label:

 
posted by Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kom. UNM at 10.08 | Permalink |


1 Comments: