Kamis, 23 Agustus 2007
Muhammad Ismail Yusanto: Khilafah Mampu Selamatkan NKRI
Sejak kehancuran payung Dunia Islam sekitar 86 tahun yang lalu, saat kekhilafahan Turki Utsmaniyah dihapuskan, kaum Muslimin seperti kehilangan arah. Sejak itulah berbagai persoalan berupa penjajahan dan penindasan menimpa umat Islam hingga kini. Disadari atau tidak, umat Islam memerlukan kembali kepemimpinan yang dapat menyatukan kaum Muslimin sedunia dengan penegakan syariah secara kaffah.

Apakah ide khilafah sebagaimana yang tegak berdiri pada masa lalu bisa berdiri kokoh dan dapat diterima oleh seluruh umat Islam, terutama di Indonesia? Berikut wawancara Eramuslim dengan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto, di Jakarta.



Sebenarnya maksud dari khilafah itu apa, mungkin sebagian orang Islam belum mengerti?

Khilafah itu adalah kepemimpinan umat Islam sedunia atau kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimim di dunia untuk menegakan syariat Islam dan mengemban dakwah ke segenap penjuru dunia.
Dalam perkembangannya sejarah yang membentang selama lebih dari 1300 tahun, khilafah secara praktis telah berhasil menaungi dunia Islam dan menyatukan umat Islam seluruh dunia untuk menerapkan syariah Islam secara kaffah, sehingga kerahmatan yang dijanjikan benar-benar terwujud.

Dalam konteks saat ini, khilafah tidak ada. Namun untuk mendirikan kembali, paling tidak diperlukan pemahaman yang sama, untuk kemudian bisa menyetujui, dan berupaya mewujudkannya. Dengan demikian akan ada proses politik untuk memajukan figur khalifah itu.
Tahapan untuk menghadirkan seorang khalifah dalam ide khilafah ini masih sangat jauh, baru pada tahap pertama. Bahkan orang banyak yang salah paham menganggap khilafah itu sebagai khilafiah, ataupun khilafah dengan khofifah.

ismail-y.jpg

Ada yang penilai konteks kekhilafahan ini tidak cocok bagi Indonesia?

Kami serahkan penilaian kepada tiap-tiap individu yang memberikan pendapat itu. Tapi kami sendiri justru mempertanyakan ketidakcocokan itu di mana. Inti dari khilafah itu adalah syariah dan yang kedua persatuan (ukhuwah). Syariah itu kita perjuangkan dengan keinginan mendalam untuk menggantikan sekularisme. Yang saya kira telah memimpin Indonesia selama 60-an tetapi tidak memberikan apa-apa kecuali berbagai persoalan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri secara tegas mengatakan, bahwa sekularisme itu tidak sesuai dengan Islam dan haram untuk mengikutinya. Karenanya harus ada yang diganti. Sebagai seorang muslim, gantinya yang paling cocok dengan syariah. Indonesia kan merupakan negeri muslim terbesar, dan kita sendiri merdeka dengan mengatakan atas berkah rahmat Allah. Allah yang mana yang dimaksud oleh negara mayoritas muslim, kecuali Allah SWT dengan segala kekuasaannya itulah seharusnya kita mengambil syariah itu sebagai pengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kemudian dari substansi dari khilafah yang kedua adalah persaudaraan (ukhuwah) atau persatuan. Kita menyerukan persatuan, penjagaan terhadap negeri muslim, termasuk Indonesia. Jangan sampai Indonesia terpecah belah dengan gagasan yang tidak cocok dengan Indonesia. Bahwa kemudian kita ingin mengamankan sebuah persatuan yang lebih besar. Saya kira tidak perlu keluar dari apa yang menjadi kepentingan negeri ini untuk membangun negeri yang kuat yang tidak mudah diekspolitasi oleh negara-negara asing, seperti yang tampak oleh kita saat ini. Karena itu gagasan yang ada pada khilafah itu substansinya adalah syariah dan ukhuwah sangat cocok untuk negeri ini. Itulah pendirian kami.

Bagaimana pandangan Anda terhadap pemerintah di Indonesia?

Pemerintah belum sepenuhnya bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan, diman terbentuk pemerintah yang aman dan amanah. Karena diakui memang sistem yang digunakan bukan khilafah dan bukan sistem Islam yang menegakan syariah. Hal itu diakui oleh mereka.

Apakah Anda melihat kondisi persaudaraan ataupun persatuan umat Islam sudah memprihatinkan?

Ukhuwah dalam beberapa hak ukhuwah itu terlihat, misalnya apabila sedang menyelenggarakan acara bersama, tetapi ketika sudah meyangkut kepentingan politik tampak sekali perpecahan itu. Misalnya pada hasil pemilu 2004 ada semacam ketidaksatuan pendapat antara umat Islam. Jadi sebenarnya sistem khilafah ini, bukan sistem yang baru, sudah pernah ada pada masa lalu dalam buku-buku dan kitab fiqih yang kita baca. Mengenai masa depan bangsa ini terbuka, saya kira apa yang ada dinegeri ini bukan tidak mungkin tidak bisa berubah.
Memang kita sering mengatakan ini jangan diubah, tapi toh faktanya UUD 1945 saja yang pada masa orde baru dilarang untuk diubah nyatanya mengalami perubahan. Jadi segala sesuatu yang dipandang kurang bagus dan ada alternatif yang lebih baik. Saya kira terbuka untuk kemungkinan perubahan, dan kita menawarkan sesuatu yang Insya Allah akan membuat Indonesia lebih baik.

Seperti diketahui Indonesia sangat beragam, bagaimana Hizbut Tahrir meyakinkan bahwa syariah itu penting dan bagus?

Pertama tentu kita akan meyakinkan bahwa mereka tidak akan pernah terusik dengan ketidakmuslimannya, meraka akan terjaga karena memang dalam syariat Islam ada aturannya untuk melindungi kehidupan non muslim. Tidak perlu dikhawatirkan dari syariah. Dalam kehidupan publik terkait dengan sistem ekonomi, politik dan sosial budaya mereka harus mengikuti syariah. Kita harus berfikir, bahwa kita berada dalam sistem yang baik. Sepanjang sejarah Islam, antara non muslim yang berada dalam sistem syariah dapat hidup dengan damai, sejahtera, serta adil, tidak ada masalah.

Bagaimana tanggapan dari ormas Islam lain terhadap ide khilafah yang dibawa oleh Hizbut Tahrir?

Pada umumnya ormas Islam di Indonesia menyambutnya dan mendukung ide tersebut.

Ada sejumlah kalangan berpendapat, ide khilafah ini akan mengancam NKRI?

Mengancam dari sisi mana? Khilafah dan syariah itu akan menggantikan sekularisme. Di mana sekularisme sudah membuat celaka negeri kita, justru yang mengancam itu sekularisme dan kapitalisme global. Fakta sudah nyata. Ukhuwah justru akan mensolidkan negara dari ancaman separatisme yang mengancam. Bentuk separatisme, seperti RMS dan Papua Merdeka itu yang mengancam, bukannya khilafah. Khilafah malah akan menyelamakan NKRI dari kehancuran. (Rz/Noffel)
[eramuslim.com; Minggu, 12 Agu 07 15:06 WIB]


Label:

 
posted by Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kom. UNM at 09.52 | Permalink |


5 Comments:


  • At 24 Agustus 2007 pukul 16.00, Blogger yudi_321

    hanya gara-gara cuap polisi yang sangat kecil dibandingkan peserta KHILAFAH DI GOR....

    Ustadz Abu tidak dibolehkan bicara oleh polri... dan HTI hanya diam..?

    ada apa dengan islam yang begitu banyaknya... lebih dari 100.000 tapi takut dengan polri.....

    kenapa?
    takut acara dibubarkan..?
    apa salahnya ustadz Abu bicara...?
    apa salahnya ustadz Abu menyampaikan kebenaran....?

    takut kalo ustadz Abu menyampaikan suatu fitnah..?

    ya!
    ustadz Abu akan menyampaikan fitnah bagi setan!
    bagi kalian yang merasa bahwa ustadz Abu menyampaikan fitnah...
    kamu adalah Setan!

    tolong dibalas

     
  • At 24 Agustus 2007 pukul 21.50, Anonymous Anonim

    Assalamu alaikum

    Saya yakin HTI sendiri bukannya takut kepada polisi atau penguasa, pasti ada pertimbangan sendiri,

    kami mendukung 100% prjuangan HTI, salut buat HTI, semoga Khilafah segera tegak, amiin

    Tiada kemuliaan tanpa Islam

     
  • At 24 Agustus 2007 pukul 21.52, Anonymous Anonim

    Yup saya setuju,

    semoga khilafah segera tegak kembali
    Allahu Akbar

    Dari Izal

     
  • At 24 Agustus 2007 pukul 21.56, Blogger Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kom. UNM

    Alhamdulillah, saya salah satu saksi bagaimana 100.000 orang berkumpul menjadi satu, Konfresi Khilafah terbesar sepanjang sejarah, sejak rutuhnya payung dunia Islam 1924, sungguh saya sangat terharu, Allahu Akbar, ayo semua komponen ummat Islam, Mari rapatkan barisan

    Dari aktivis GP Sul Sel

     
  • At 24 Agustus 2007 pukul 23.12, Anonymous Anonim

    gua mo koment nih. gua pikir sih kalo polisinya cuma sekelas polantas ya nggak perlulah terlalu digubris. cuma polisi yang ini setingkat BIN bo! intel githu loh. bisa berabe kalo bikin urusan sama mereka. Ingat gak kasus Tanjung Priok, Komando Jihad, de el el? Semuanya kan rekayasa intel buat orang-oranmg yang ngejengkelin mereka.
    Trus kalo dikatakan HTI cuma diam... itu juga tidak 100 % benar. Jubir sudah ngelakuin konfrensi pers n ngajuin protes ma polisi. Masak sudah lama disiapin, anggarannya juga bukan main-main (ya... buat pilkada jakarta yang hampir 100 milyar sih anggaran KKI bukan apa-apanya), nyiapin transpor, de el el, eh langsung dibatalin dengan cara yang nggak intelek. Begitulah bila satu pihak telah kalah dari sisi intelektual, maka biasanya tindakan irrasional yang berbicara.
    Tapi jangan khawatir ust. Abu masih ngedukung kok ide penegakan khilafah Kamu-kamu juga donk. Malah kalo boleh usul nih ust. Abu aja yang jadi khalifahnya. Gua siap deh jadi amirul jihadnya. Gimana? Ide gua brillian kan?