Kamis, 06 September 2007
YAHUDI "MASUK" NUSA TENGGARA TIMUR
Kelompok perusahaan Israel menanamkan investasi di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Modalnya tak tanggung-tanggung. Rp 6 trilyun rupiah

Sikap antipati masyarakat tidak menghalangi pengusaha Israel dalam melihat peluang bisnis di Indonesia. Dalam sebuah pertemuan di Kupang Jumat (31/08) kemarin, Grup Merhav, sebuah kelompok usaha swasta asal Israel, mengumumkan akan menanamkan investasi pada pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel dengan perusahaan budi daya tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Modalnya mencapai US$ 700 juta atau sekitar Rp. 6 trilyun.

Hadir dalam pertemuan itu, Presiden Direktur Merhavv Group Israel, Gideon Weinstein didampingi dua orang investor Merhavv Group Israel, masing-masing Jacgues Eshel dan Yosef Ziv serta empat orang pejabat PT Manhattan Capital, yakni Sudiro Andiwiguna, Setiawan Sudei, Ir Muhammad Ansor dan Herman Ndoen.

PT Manhattan Capital yang berbasis di Jakarta merupakan investor nasional yang bermitra dengan Merhavv Group Israel dalam pengembangan sumber daya energi biodiesel seperti jatropa beserta infrastruktur pendukungnya di sejumlah daerah di Indonesia.

"Nilai uang sebanyak itu akan kami investasikan dalam pengembangan jatropa dan kegiatan lainnya, hingga menghasilkan bahan bakar biodiesel," kata Weinstein saat rapat koordinasi dengan Bupati Kupang Drs Ibrahim Agustinus Medah beserta jajarannya di Kupang ketika itu.

Grup Merhav memang tidak tanggung-tanggung dengan rencana bisnisnya itu. Sejumlah elite perusahaan multisektor langsung terbang dari negeri Yahudi itu untuk melobi dua menteri, yakni Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertanian Anton Apriantono.

"Pada pertemuan itu, mereka sepakat akan mengirim tim teknis untuk menguji kelayakan lahan di Kupang," kata Ibrahim saat dihubungi wartawan koran ini dari Jakarta kemarin. Tim tersebut akan memulai pengujiannya pada Oktober mendatang.

Menurut Ibrahim, dalam konsep kerjanya, Merhav nanti membagikan bibit jarak pagar kepada petani untuk ditanam pada lahan 50 ribu hektare di lima kecamatan. Yakni, Amarasi Timur, Amarasi Barat Laut, Amarasi Utara, Amarasi Barat Daya, dan Sulamu. "Ini uji coba dengan pendanaan USD 350 juta. Kalau berhasil, mereka akan memperluas lahan menjadi 100 ribu hektare dengan total investasi USD 700 juta," jelas Ibrahim.

Merhav akan mengolah biji jarak pagar itu menjadi crude oil sebagai bahan bakar biodiesel, untuk produksi dalam negeri atau ekspor. Untuk kepentingan ekspor tersebut, Merhav meminta pemerintah Kupang membangun dermaga berskala raksasa.

Ibrahim menjelaskan, petinggi Merhav memilih Kupang karena mengikuti rekomendasi menteri ESDM dan menteri pertanian. "Selain itu, di sini (Kupang) banyak lahan tidur dan daerah kering. Ini amat cocok untuk tanaman jarak," jelas bupati yang juga ketua DPD Partai Golkar NTT tersebut.

Bupati tidak setuju anggapan bahwa lokasi tersebut dipilih untuk menghindari resistansi masyarakat Indonesia terkait dengan Israel. "Buktinya, Merhav sudah berinvestasi di kawasan di India yang masyarakatnya juga banyak yang muslim seperti kita," ujarnya.

Mengenai sumber dana Merhav untuk investasi di NTT itu, Ibrahim belum tahu. Dalam presentasi, elite Merhav tidak menjelaskan asal-usul dananya. "Mereka baru mengenalkan diri. Mereka mengaku memang lahir di Israel, tetapi berkewarganegaraan Rusia," jelas Ibrahim.

Menurut Ibrahim, terlepas halal-tidaknya sumber pendanaan, pemerintah dan masyarakat Kupang menerima kehadiran Merhav. Perusahaan itu diharapkan menjadi lokomotif kegiatan investasi di Kupang sehingga bisa mendongkrak kesejahteraan masyarakat.

Meski demikian, lanjut Ibrahim, Pemkab Kupang belum menerbitkan izin prinsip kepada Merhav. Pemerintah setempat sekadar melayani investor yang bertamu, sekaligus beriktikad baik. "Kami perlu lihat dulu. Selain itu, kami harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait dengan perizinan investasinya. Ini kan menyangkut investasi asing," ujarnya.

Menurut Weinstein, jatropha yang akan dikembangkan di Kabupaten Kupang, dalam tahap awalnya mencakup 50 ribu hektare. Dan ini didukung dengan dana sebesar 350 juta dolar AS atau sekitar Rp 3 triliun. "Kami rencanakan untuk mengembangkan jatropha di Kabupaten Kupang seluas 100 ribu hektare. Karena itu kami menyiapkan dana sebanyak USD 700 juta atau sekitar Rp 6 triliun," beber Weinstein.

Weinstein menambahkan, pihaknya mendengar bahwa ketersediaan air untuk lahan pertanian di Kupang masih menjadi masalah, namun itu bukan masalah krusial karena pengembangan jatropha bisa dengan jumlah air yang minim.

Meski demikian, urai Weinstein, pihaknya membutuhkan dukungan sarana prasarana untuk pengembangan jatropa ini seperti sebuah pelabuhan raksasa. Karena itu, Weinstein berjanji untuk segera mengirim tim khusus guna mengkaji kelayakan pengembangan jatropha di Kupang dan bagaimana nantinya bibit jatropa disalurkan kepada petani untuk dikembangkan.

Rencana masuknya investor Israel ke bisnis BBN itu dibenarkan Sekretaris Timnas BBN Evita Legowo. Bahkan, lebih jauh, Evita mengungkapkan, Israel juga berkeinginan masuk ke bisnis kilang minyak. "Israel sudah menyatakan minatnya untuk proyek-proyek terkait penambangan. Mereka siap menambah kapasitas kilang di Indonesia, baik dengan modifikasi kilang yang ada atau membangun kilang baru," ungkapnya sesudah seminar nasional BBN di Hotel Sari Pan Pacific kemarin.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M. Lutfi mengatakan, pihaknya belum diberi tahu rencana investasi Merhav di Kupang. BKPM tidak keberatan jika Merhav benar-benar menanamkan uangnya di Kupang. Syaratnya, mereka melewati prosedur perizinan resmi. "Kalau mereka mengajukan izin, ya kami akan memproses," kata Lutfi saat dihubungi koran ini kemarin.

Menurut Lutfi, Merhav harus melewati prosedur perizinan resmi sebelum menanamkan investasi di Kupang. Apalagi nilai investasinya triliunan rupiah.

Lutfi menegaskan, meski tidak punya perwakilan diplomatik, perusahaan Israel tidak dilarang berinvestasi di tanah air. "Ini sama dengan beberapa perusahaan Taiwan yang berinvestasi di sini (Indonesia)," jelas Lutfi.

Dari situs www.merhav.com dan wikipedia diketahui, Merhav adalah salah satu perusahaan swasta asal Israel yang berdiri sejak 1976. Alamatnya di 33 Havazelet Hasharon St., Herzliya Pituach.

Selama ini, bidang garapannya multisektor. Antara lain, jasa konstruksi, proyek infrastruktur, energi, pertanian, elektronik, layanan keuangan, pariwisata, kimia, dan penerbangan. Merhav juga mengendalikan kepemilikan 68 persen saham Ampal-America Israel Corporation, holding perusahaan investasi di New York, yang tercatat pada lantai bursa Nasdaq dan Tel Aviv Stock Exchange.

MUI: PEMERINTAH GEGABAH JIKA BIARKAN ISRAEL MASUK INDONESIA

Pemerintah dinilai terlalu gegabah apabila benar-benar menanggapi ketertarikan Israel untuk melakukan investasi kilang minyak dan pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel di Indonesia.

"Dari segi politik umum, gegabah jika melakukannya, "ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidhan di Jakarta, Kamis (6/9).

Menurutnya, alasan kuat yang patut dipertimbangkan untuk tidak membuka hubungan baik dengan Israel, dikarenakan sejak Indonesia merupakan pendukung perjuangan rakyat Palestina mendapat kemerdekaannya dari penjajahan zionis Israel.

Selain itu, lanjut Amidhan, antara Indonesia-Israel tidak pernah ada hubungan diplomatik, sehingga hubungan luar negeri tidak dapat dilakukan untuk bidang-bidang lain. Bahkan, Indonesia juga pernah melakukan gerakan protes terhadap Israel beberapa waktu lalu, ketika anggota parlemen Israel datang ke Denpasar, Bali.

“Jadi saya kira, walau itu persoalan perdagangan, pemerintah harus hati hati. Karena dalam perdagangan sekarang ini, tetap berbau politik, ”tandasnya.

Amidhan menambahkan, pemerintah seharusnya dapat menolak keinginan Israel untuk melakukan investasi di Indonesia. “Kalau menteri setuju itu (perjanjian Israel) sangat gegabah. Saya melihat sikap politik kita yang bertentangan dengan Israel, ” tukasnya.

Selain itu, Konstitusi Negara RI juga menentang segala bentuk penjajahan di muka bumi. Jika Indonesia mau mengadakan kerjasama dengan Israel, maka itu berarti telah berkhianat terhadap Konstitusi Negara



Rencana Israel untuk memasuki bisnis kilang minyak dan biofuel di Indonesia ditentang kalangan DPR. Karena selama ini Indonesia tidak pernah membuka hubungan dengan negara zionis itu.

KETUA MPR HIDAYAT NURWAHID: PANGGIL MENTERI ESDM TERKAIT UTUSAN ISRAEL

"Saya akan menentang, itu pasti, saya orang pertama yang di depan, rencana itu tidak pernah ada aturannya, karena Indonesia tidak pernah memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, itu sesuatu yang sangat beresiko berat, "ujar Anggota Komisi I DPR Ali Mochtar Ngabalin saat menghadiri pembukaan Simposium Internasional, di Hotel Sahid, Jakarta.

Ia menyesalkan langkah awal yang sudah dilakukan Israel untuk mulai mengembangkan tanaman jarak pagar di Nusa Tenggara Timur.

"Saya akan usulkan parlemen untuk memanggil Presiden, kita juga perlu mengirimkan nota keberatan, "ujarnya.

Senada dengan Ngabalin, Ketua MPRRI Hidayat Nurwahid mengecam rencana Israel tersebut, dan meminta DPR untuk mengambil tindakan dengan memanggil Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.

"DPR harus memanggil Menteri ESD, kok bisa-bisanya utusan Israel ditemui, tidak mungkin mereka presentasi kalau tidak ada kemungkinan apa-apa, masak Israel datang hanya untuk presentasi gratisan, "ujarnya.

Ia menyesalkan adanya upaya dilakukan pemerintah untuk membuka peluang bagi investor dari Israel.

Padahal, lanjutnya, jika Indonesia ingin mengembangkan bisnis kilang minyak dan pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel itu tidak perlu bekerja sama dengan negara yang kontroversial seperti Israel.

"Bisa dengan negara-negara Timur Tengah, Arab Saudi, Iran, Kuwait, Uni Emirat, Indonesia ini kan tidak kekurangan teman baik, "ungkapnya.

Menurutnya, negara-negara itu sangat siap membantu pengembangan bisnis kilang minyak dan biofuel, dan Pemerintah tidak perlu terlibat perbedaan pemikiran dengan masyarakat.

Ketertarikan Israel untuk masuk dalam bisnis kilang dan pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel di Idonesia telah dilaporkan utusan Israel kepada Menteri ESDM akhir Agustus lalu.

Israel juga menyatakan minatnya untuk proyek-proyek terkait penambahan kapasitas kilang di Indonesia, baik dengan memodifikasi kilang yang ada ataupun membangun kilang baru

Sumber : Hidayatullah.com
kispa.org


Label:

 
posted by Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kom. UNM at 07.23 | Permalink |


0 Comments: