Sabtu, 01 September 2007
Festival Film Gay dan Lesbi akan Berlangsung di Jakarta
Sebuah festival film Gay dan Lesbian akan dilangsungkan di Jakarta. Katanya, festival ini sudah berlangsung enam kali. Tak satupun ulama protes

Hidayatullah.com--Festival film Gay dan Lesbian, dengan nama resmi Q-Film Festival, kembali dilangsungkan di Jakarta. Acara akan berlangsung mulai 25 Agustus hingga 2 September mendatang, tahun ini festival kaum ’hombreng’ ini sudah memasuki usianya yang ke-enam. Demikian dikutip sebuah media Jerman, Deutsche Welle.

Namun meski dianggap belum panjang usianya bagi kaum Gay, namun mengingat sulitnya situasi yang melingkupi perjuangan mewujudkan dan menjaga keberlangsungan festival, ini dianggapnya sebagai sebuah perjuangan besar.



Lebih-lebih mengingat terjadinya semacam kebangkitan kaum konservatif dan makin lunturnya toleransi masyarakat tertentu belakangan ini, kata media tersebut. Media itu juga menulis, berkali-kali festival ini mendapat hambatan, bahkan ancaman. Dengan segala bentuknya. Bahkan dari tahun ke tahun, penyelenggaraan festival ini dilakukan secara gerilya.

Gagasannya bermula pada tahun 2002, lewat sejumlah wartawan dan penulis lepas, sebagian besar Gay dan Lesbian. Festival pertamanya, dianggap berlangsung secara bersahaja. Dan peminatnya ternyata besar. Tahun-tahun berikutnya, simpati dari berbagai kalangan di seluruh dunia berdatangan.

Kendati tidak membuat panitia jadi mudah mencari dana. Buktinya, tahun ini Festival hampir batal karena kesulitan dana.

Dalam sebuah wawancara, John Badalu, Direktur dan Penggagas Q-Film-Festival mengatakan, festival ini akan diramaikan dengan peserta dari Asia. Ada dari Jepang, Filipina, Thailand, Singapura, Taiwan, Korea.

”Kita berusaha memfokuskan pada film Asia. 60 persen film Asia, selebihnya dari seluruh penjuru dunia. Termasuk Eropa dan Amerika, ” katanya.

Selain itu, festival juga akan memutar film-film Indonesia yang menyinggung ”queer” istilah lain kaum kaum Gay dan Lesbian.

Film-film itu antara lain; ”Coklat Stroberi”, “Jakarta Undercover”, “Kala” dan “Love is Cinta”. Sebagaimana diketahui, lima tahun belakangan ini, bukan hal aneh, kalangan sutradara muda Indonesia mengangkat hal-hal ganjil seperti Gay dan Lesbi.

Menariknya, meski dikenal sebagai penduduk dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, tak satupun ulama, hatta, NU dan Muhammadiyah melakukan protes festival-festival ganjil seperti ini. [dwwd/idc/cha/www.hidayatullah.com]

Label:

 
posted by Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kom. UNM at 07.26 | Permalink |


1 Comments:


  • At 15 Oktober 2007 pukul 15.25, Blogger Zaenuddin

    Saya sangat salut dengan Festival gay yg ke 6 ini,semoga akan lebih sukses lagi,teruskan itu dan maju terus. o ya usulan saya,yaitu bagaimana kalau ada juga Gay parade? tentu harus ada yg memulai,walaupun untuk pertamakalai banyak tantangan tapi nanti kalau masyrakat sudah terbiasa pasti akan menjadi ajang pendatang Devisa untuk negara,sebab saya pastikan bahwa banyak turis manca negara lagi yang akan berkunjung ke Indonesia,dan bila nanti sukses maka bisa di masukan di agendakandan ditetapkan tgl dan bulannya setiap tahun,tentu juga harus di adakan di daerah yg pariwisata,misalnya Bali,jogyakarta dan Makassar.
    Dari Amsterdam saya kirim semangat untuk kesuksesan kalian

    Ambo Dalle