Senin, 27 Agustus 2007
Dipersulit Lewati Perbatasan Oleh Israel, Balita Palestina Meninggal Dunia
Sungguh malang nasib balita Palestina bernama Ibrahim Abu Nahel. Ia meninggal dunia gara-gara tentara Israel mempersulit Ibrahim untuk melintasi perbatasan Erez, padahal Nahel membutuhkan perawatan medis segera akibat penyakit jantung yang dideritanya.

Direktur pelayanan ambulan Palestina Muawiya Abu Hassanin mengatakan, Nahel yang baru berusia satu tahun, meninggal dunia setelah menunggu berjam-jam agar diizinkan masuk ke Israel lewat perbatasan Erez, Minggu (26/8)

"Dia tiba pukul 08. 00 pagi dan ia diminta menunggu selama hampir tiga jam di Erez. Ketika Ibrahim diizinkan masuk, tentara Israel tidak menyediakan ambulan sehingga ia dibawa dengan menggunakan taxi ke rumah sakit. Dalam perjalanan dengan taxi itulah, dekat kota Ashkelon, Nahel meninggal, " tutur Hassanin.



Namun juru bicara militer Israel membantah kalau pasukannya sengaja membuat lama keluarnya izin melintasi perbatasan bagi Nahel. Ia mengklaim, pihaknya justru mempercepat perizinan melintasi perbatasan bagi Nahel.

"Dia tiba pukul 08:35 pagi dan pada pukul 08:45 dia melintasi perbatasan, setelah kami membuat melakukan proses perizinan khusus untuk dia, " kata jubir militer Israel Shady Yassin.

Sementara itu, pesawat-pesawat tempur Israel kembali memuntahkan amunisinya ke kota Beit Hanun, Senin (27/8). Pada saat yang sama, pasukan Israel menembak mati seorang petani Palestina, saat petani itu sedang bekerja di lahannya yang terletak dekat perbatasan Ghaza-Israel.

Militer Israel menuding petani berusia 40 tahun itu sedang menanam bom di area perbatasan. Meskipun setelah diteliti, pasukan Israel tidak menemukan satu bahan peledak pun di tanah milik petani tadi.

Di tempat terpisah, Menteri Keamanan Publik Israel Avi Dichter lewat radio Israel, menuding Mesir telah menyelundupkan berton-ton bahan peledak dan senjata ke Jalur Ghaza untuk membantu Hamas.

"Mesir bisa segera mengambil langkah tegas untuk menghentikan penyelundupan ini, tapi itu tidak mereka lakukan lebih dari tujuh tahun belakangan ini, " kata Dichter.

"Saya yakin, Mesir punya kepentingan untuk membuat Hamas menjadi kuat di Ghaza, " sambungnya. (ln/mol)

Label:

 
posted by Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kom. UNM at 23.20 | Permalink |


0 Comments: